June 23, 2017

Pria dan Air Mata


Here comes.
Sebuah postingan yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pria-pria di abad ini.

Sebenarnya gue juga gak ngerti. meskipun budaya mengajarkan, "Boys dont cry", air mata gue gampang jatuh sih. Sebuah perasaan yang gue anggap sebagai kelemahan terbesar gue, yaitu terlalu soft jadi seorang cowok. Sebuah perasaan gak tegaan. Air mata gue yang bisa mengalir hanya karena hal-hal di film seperti, tentang keluarga, tentang persahabatan, atau tentang hewan-hewan yang menunggu majikannya yang telah meninggal. 
Gue yang yang pernah berantem dan menghancurkan (oke, ga sampe hancur sih) wajah orang ketika gue masih SD dan gue yang melihat lawan gue menangis, gue juga ikutan nangis. Seriously!?

Salah satu masalah buat gue adalah, ketika nonton bioskop bareng cewek, dan sedang adegan sedih-sedihnya kayak Toretto yang mobilnya kebakaran dan menang lomba dengan gigi atrek (oke, gue mulai jayus), seketika air mata gue langsung keluar tanpa meminta izin. Dan herannya, temen cewek gue kebanyakan gak nangis. Entah emang dia Wonder Woman atau emang gengsi juga nangis didepan gue, itu beban bagi gue. Gengsi dong kalo gue nangis sedangkan doi enggak. Paling gak gue ikutan nangis kalo dia nangis. Hahahahaha. Tapi, gue hanya mengeluarkan air mata didepan orang-orang yang uda deket bagi gue, kalo di sedih-sedihnya dan gue gak keluarin air mata, brarti orang itu gak deket sama gue.
Kalo gak percaya, coba aja tanya sama mantan-mantan gue. *eh.


****

Di postingan kali ini, gue akan mengganti kata "Pria" menjadi "cowok", karena menurut gue lebih enak dibaca. Kalo judulnya pake kata "Pria", itu supaya lebih keren aja sih.

Budaya cowok gak boleh nangis ini telah ditanamkan di otak kita masing-masing semenjak kita kecil, secara sadar maupun gak sadar. Nangis itu gakpapa kok, manusiawi dan cuma manusia yang bisa.

"Cowok yang gak nangis itu jantan, kuat, dll." SALAH ! Kekelakian gak sedangkal masalah tetesan air mata. Ini mispersepsi. Pada akhirnya, cowok jadi tumbuh menjadi makhluk yang punya tangguh air mata yang kuat, namun kanal yang lemah. Trying too hard to show people that he's invurnerable, malah dalamnya rontok.

Dari segi biologis, kelenjar air mata cowo lebih besar daripada cewe.. So pas mau nangis, cewe lebih cepat penuh tumpah keluar. Sebelum pubertas, cowo-cewe sama jumlah nangisnya. tapi setelah itu, testoteron cowo meningkat sehingga lebih bisa menahan feel buat nangis. Untuk cowo, testoteron meningkat dan hormon prolactin menurun. Di cewe kebalikannya, sehingga lebih muda buat nangis. Makanya kalo cowo sampai nangis, biasa uda berat atau dalam banget tuh karena harus tembus "batasan biologis dan sosial".

Dalam penelitian Sosiolog UNM, Statistik menunjukkan perbedaan yang fantastis antara pria dan wanita yang bunuh diri. Pria itu 4x lebih banyak bunuh diri dibandingkan wanita. Well, mungkin yang "mencoba untuk bunuh diri" itu wanita sih. 

Padahal cowo selalu terlihat kuat dibandingkan cewe yang lemah, cengeng. But, in the end, yang collapse itu cowo. Cowo adalah makhluk yang paling rentan untuk suicide. 

Salah satu faktor nya adalah karena budaya "Boys dont cry" yang cukup menekan mental, cowo jadi tumbuh sebagai makhluk yang enggan bersentuhan dengan emosi dan menutup diri. Kalo cewe yang nangis, cewe bole bercerita kesedihannya kepada orang-orang sekitar karena dianggap wajar seolah dunia memperhatikan dia. Kalo cowo yang nangis, feedback nya selalu negatif, di kucilin, dan dicuekin. 

Dari buruknya feedback tersebut, cowo jadi hanya belajar MENAHAN dan MENGHINDARI air mata. Ia hanya tau "Cowo gak bole nangis" tanpa tau alasannya. Jadi, ketika frustasi nya mencapai klimaks, cowo gak tau harus kemana. Sedangkan cewe akan mendapat perhatian ketika masalah datang kepadanya. Dijaman-jaman cewe ganti profile picture jadi tangan di silet pun, gak ada tuh yang gue liat bunuh diri.

****

Gue jadi inget salah satu temen gue yang nangis habis diputusin pacar. Gue menemaninya untuk menceritakan kesedihan yang dia rasakan saat itu. Gue bilang ke dia, "nangis aja sepuasnya bro, gak usah menahan malu didepan gue. Gue mengerti apa yang lo rasain. Gak bakal ada yang tau kok." Gue melihatnya menangis meraung seperti seekor singa yang sedang terluka. Paling enggak, hanya ini bisa gue lakuin dan beberapa cara seperti yang pernah gue bahas di postingan gue ini. Karena jujur, gue juga pernah memikirkan untuk suicide dan untung gue punya temen-temen yang selalu support gue ketika menghadapi masalah yang berat banget.

Tapi.. belakangan budaya "boys dont cry" ini juga agak goyang kok. Karena ada tren galau ulah para selebgram atau youtubers itu. Tren galau ini gak bikin pria lebih terbiasa nangis sih, tapi jadi lebay menjijikkan gitu. Memelas-melas mengemis cinta. Jadi cowo yang lebih sering ngedrama, bukan nangis sih, tapi malah kelihatan lebih cupu. Gue lebih anjurin untuk terbuka dan nangis dibandingkan galau-galau ria caper gimana gitu. Jadi, kepada cewe-cewe, bersyukurlah karena kalian bisa bebas menangis, karena pria tidak mempunyai fasilitas seperti itu.

****

It's okay for men to cry. Meski boleh dan penting, tetapi ada aturannya, gak boleh sembarangan juga.
  1. JANGAN PERNAH nangis buat nyari perhatian ! gak bakal ada yang peduli juga.
  2. JANGAN nangis didepan publik, kecuali terharu kecil atas penghargaan dan rasa hormat
  3. Nangislah di 4 tempat yang disediakan. Ruang tertutup, pundak BROTHER terdekat, kekasih dan kaki ibu.
  4. JANGAN sok nahan kalo uda gak kuat ! sebiasa mungkin cari waktu buat luapin perasaan sambil ditemani temen terdekat.
  5. JANGAN histeris! Nangislah sebagai laki-laki, tangan dan kaki tetap dikontrol, barang-barang disekitarmu gak salah.
  6. JANGAN berlarut-larut. Kalo brothers uda bantuin ya sadar. Tetap beresin sendiri masalahnya.
  7. JANGAN percaya omongan "gue suka kok liat cowo nangis, manusiawi." Cewe CUMA suka air mata cowo dari cowo yang dia suka !
Seorang pria itu bukan cowo yang gak pernah nangis, tapi cowo yang punya skill buat mengelola air matanya. Exclusive Tears. Dan tegar atau tidaknya seseorang gak ditentuin dari air matanya, tapi apa hikmah yang diambil setelahnya. 

Spread the love,
Afriwendy Sofian

*Sebuah postingan yang berinspirasi dari Kis Uriel dan Lex dePraxis
*Thanks buat brother yang support gue waktu itu. Especially Andrian Ang dan Idden Goliandi. I owe you bro!
*Untuk konstruksi "Boys dont cry" lengkapnya ada di buku ini A Natural and Cultural History of Tears


No comments:

Post a Comment